Hasil notulensi Rembug Budaya Kampung pada kampung cempluk festival ke 9

ruang bermain digital interaktif

MODERATOR: Leo Tani Maju

Notulen : Daniel

NARASUMBER:

  1. Lutfi (Malang Corruption Watch)
  2. Dwi Cahyono (Akademisi Universitas Negeri Malang)
  3. Pak Budi (Tokoh Masyarakat Dusun Sumberjo, Desa Kalisongo)
  4. Pak Slamet (Kepala Dusun Sumberjo)
  5. Pak Sis (Kepala Desa Kalisongo)
  6. Bu Diah (Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa)
  7. Mas Rianto (Mother Care)
  8. Hariyono (Ketua BPIP)

Moderator:

Kampung sebagai serambi Indonesia

Lutfi (MCW):

Ada perayaan tetapi tidak diikuti oleh seluruh masyarakat.

Tidak ada negara dan bangsa tanpa keberadaan kampung.  Kampung hanya sebagai persinggahan sementara, padahal ada banyak inspirasi, teladam, dan contoh hidup serta kejujuran di Kampung.  Kampung sebagai tempat belajar untuk jujur dan beradab, tetapi proses politik telah membutakan.  Proses politik harus dijaga oleh masyarakat kampung karena kampung adalah subyek dan menolak menjadi obyek.  Sarana eksploitasi politik, ekonomi, sosial, dan budaya.

Kekuatan kampung menjadi pusat pembelajaran untuk tetap bertahan.  Kampung dan Desa harus bermartbat untuk memiliki kempapuang negosiasi politik

Moderator:

Kampung adalah serambi depan yang menjadi daya tarik orang untuk bertamu dan menjalin relasi.  Kampung harus bertahan untuk tetap bermartabat.

Dwi Cahyono (UM):

KCF#9 adalah Hari Raya Kebudayaan(rirayan budaya).  Sudah dipersiapkan jauh-jauh hari (prepekan). Diawali dengan kerit lampit, kegiatan bersama untuk melakukan kebaikan bersama.  Bentuk bakti dari warga kampung (cempluk) untuk mempersiapkan hari baik.

Kampung Cempluk adalah kampung transisi, dari pedesaan ke perkotaan. Bakti warga Kampung Cempluk merupakan persembahan (sasanti) untuk menyajikan yang terbaik dan tercantik (hayu) kampungnya.  Hari Raya Kampung bukan sekadar eksebisi semata tetapi mempersiapkan Hari Raya Kampung untuk mengekspresikan diri sebagai bentuk banti pada kampung halamannya.

Hari Raya Kebudayaan Kampung merupakan penguatan (revitalisasi) budaya kampung.  Bertujuan untuk menguatkan: (1) ekologi, (2) sosial, dan (3) budaya kampung atau desa.  Penguatan kampung akan menguatkan daerah bahkan negara.  Ketahanan negara berasal dari kekuatan kampung:  Kampung à Desa à Daerah à Nasional.  Ketahanan negara diupayakan sejak dari lingkup paling mikro, yaitu kampung.

Prasasi Hantang (Ngantang) bertahun 1135M menceritakan tentang Panjalu Jayadi, kejayaan Kerajaan Panjalu (Kediri).  Prasasti untuk mengenang kontribusi Desa Ngantang dan 12 Desa di sekitarnya menangkal serangan dari Kerajaan Harmati dari lereng Gunung Kawi (Malang Raya). Desa Berdaya, Negara Berjaya adalah kunci kejayaan bangsa.

Moderator:

Kampung harus dinamis untuk menyikapi kondisi kontekstual sekitarnya serta membangun kesadaran dengan prinsip partisipasi.

Pak Budi (Tokoh Masyarakat Dusun Sumberjo, Desa Kalisongo):

Cempluk adalah puncak,  daerah yang lebih tinggi dri daerah lainnya.  Cempluk adalah lampu tradisiona, alat penerangan.  Sedangkan Kampung Cempluk adalah branding aktivitas budaya.

Dari daerah terisolir dan terpencil tetapi mampu menciptakan banyak orang jadi hanya dengan bermodalkan cempluk.  Didharapkan pada mereka yang sudah jadi untuk kembali membangun dan berkaryya di kampungnya.  Walaupun jauh panggang dari api karena setelah sukes banyak yang meninggalkan kampung halamannya.

Festival Budaya Kampung Cempluk merupakan upaya untuk membangung dan memberdayakan masyarakat.  Bahkan mampu mencari akar sejarah (bedah krawang) untuk menjadi dasar pijakan sejarah kampung.

Moderator:

Kiat-kiat untuk menggerakan potensi dan sumber daya manusia di Kampung Cempluk.

Pak Slamet (Kepala Dusun Sumberjo, Desa Kalisongo):

Lampu Cempluk menjadi alat penerangan untuk membangun diri melalui pendidikan.  Keinginan orang-orang lama untuk menjadi seperti orang kota yang teraliri listrik (pembangunan manusia). Cempluk saat ini menjadi alat penerangan yang memberdayakan diri dan membangun desa.  Tetapi, menjadi terang dengan menjaga budaya kampung yang berdaya.

Moderator:

Membangun Kampung masa depan berdasar sejarah masa lalu sebagai dasar pembelajaran dan membangun budaya literasi yang mengakomodir seluruh potensi untuk menjadi kekuatan desa.

Pak Sis (Kepala Desa Kalisongo):

Pembangunan Budaya Kampung Cempluk untuk memperkuat desa.  Kampung Cempluk Festival #9 sebagai pijakakan untuk membangun desa dan memberdayakan masyarakat desa.  Membangun dan memperkuat budaya kampung sebagai dasar (saiket saito proyo).

Dusun Sumberjo dibatasi oleh Kali Metro dengan Kota Malang tetapi mendapat sentuhan pembangunan paling akhir. KCF harus dapat memperoleh benefit dan dampak ekonomi bagi kampung,  Dana Desa dapat dipergunakan sebagai modal pendanaan untuk  pemberdayaan masyarakat desa. Terbangung jaringan untuk membangun desa dan memberdayakan masyarakat desa dari berbagai pemangku kepentingan.

Moderator:

Ada tamu, Bu Diah dari Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa, Kabupaten Malang.

Bu Diah (Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa, Kabupaten Malang):

Semanagat swadaya dan pemanfaatan ornamen untuk branding Kampung Budaya.  Kampung Cemplung butuh pemberdayaan kelembagaan untuk membangun kampung atau desa budaya.

Contoh di Desa Madurejo (Kecamatan Ngantang) membangun desa wisata berbasis PKK sejak 27 Juli 2018.  Saat ini berjalan dan berkembang.  Berawal dari lomba PKK sebagai gerak awal Budaya Desa.  Mendapat Juara Tingkat Kecamatan, seanjutanya tingkat Kabupaten dan Kota, bahkan terakhhir menjuarai Lomba PKK Tingkat Provisini, tetapi sayang gagal untuk mengikuti Lomba PKK tingkat Nasional.  Selitih OPD bergerak bersama sebagai menadikan desa tersebut sebagai Desa Wisata,  Saat ini telah menjadi destinasi wisata untuk Desa Wisata Berbasis PKK.  PKK berhasil menggerakan sektor ekonomi berbasis produk oleh-oleh dan keindahan alam plus apotik keluarga dan berbagai oleh-oleh lainnya. Setelah ada sentuhan dari Dinas Pariwisata untuk memberdayakan masyarakat desa.  Perlu dibanguh pos-pos wisata sebagai point of interest (POI) di seluruh potensi yang ada di desa.  Promosi lewar media sosial untuk ajang pamer produk dan pameran seni budaya.

Contoh lain adalah Desa Pujon Kidul.  Dengan point of interest (POI) cafe sawah, diperkaya dengan sanggar-sanggar seni budaya.  Pak Rasih sebagai penggarak untuk pembuatan oleh-oleh yang dipamerkan dan dijual di cafe sawah.

Permendagri 18/2018 tentang Pembangunan Lembaga Ada Desa.  Akan dilakukan pembinanaan untuk pembangunan Kelembangaan Adat di Desa.  Perlu SK Desa tentang Lembaga Adat Desa.

Peningkatan sumberdaya manusia bisa juga dilakukan lewat Dinas Peternakan dan Dinas Kesejahteraan Raktat untuk pelatihan dan pemberdayaan masyarakat untuk produk olahan makahan.  Memanfaatkan Dinas-Dinas (OPD) untuk pelatihan dan pemberdayaan masyarakat tanpa menganggu Dana Desa dan Alokasi Dana Desa.

Moderator:

Kolaborasi dan membangun jaringan untuk memberdayakan ekonomi masyarakat, khususnya dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Malang.  Membangun kekuatan kampung untuk menjadi  semakin berdaya.

Mas Rianto (Komunitas Ibu Berdaya Jawa Timur – Mother Care):

Pendampingan untuk kepala rumah tangga perempuan (janda), khususnya dengan tingkat kesejahteraan terendah.  Saat ini, ada kurang lebih 86.000 janda di 23.000 desa dan kelurahan seluruh jawa timur.  Tidak ada sentuhan dari pemerintah karena keterbatasan kapasitas untuk membuat proposal.  Sehingga, dilakukan advokasi pada Pemda dan Pemkot juga Pemprov untuk mendapatkan hak.  Padahal pendataan sudah dilakukan by name, by address, by picture, dan bahkan profil usaha dan pekerbanganng.

Dana awal usaha yang diserahkan untuk dikelola sebesar 2,5juta, dengan tingkat keberhasilan kurang lebih 80%.  Dibantu oleh 5.600 kader untuk memberdayakan sesama dan telah bergerak sejak tahun 2016.

Moderator:

Harus ada kolaborasi dan sinergi antar pihak untuk memberdayakan kampung.

Prof. Hariyono (Kepala BPIP):

KCF#9 sudah masuk ke sunstansi menuju kebahagiaan (pursuit of happiness).  Membangun kemandirian desa lebih dari sekedar wisata dan ekonomi transakasional semata. Membangun potensi untuk bersinergi dan gotong royong demi memperkuat kemandirian berdasar budaya dan tradisi serta nilai-nilai asli desa.

Cempluk bisa tetap menyala dan mati sendiri kalau tidak dirawat dan ditambah minyaknya.  Demikian juga dengan budaya dan tradisi harus juga dirawat dan dijaga.  Kampung sebagai sumber nilai-nilai Nusantara untuk membangun kemandirian desa sebagai dasar penerapan nilai-nilai Pancasila yang merupakan nilai-nilai asli Nusantara.

Kata-Kata Penutup

Lutfi (MCM):

Salut untuk KCF yang sudah berlangsung selamat 9 tahun, giat menjaga budaya kampung.  Budaya berasal dari kata Budi, akal sehat.  Semoga KCF dapat menjadi contoh untuk Indonesia menjaga akal sehatnya.

Dwi Cahyono (Akademisi UM):

Kampungku, ekspresiku…!?!

Pak Budi (Tokoh Masyarakat):

Kampungku, hidupku.  Kembalilah membangun kampung…!?!

Moderator:

KCF #9 adalah bentuk dan wujud nyata dengan menjadikan kampung sebagai pusat budara.

 

     

Pin It